Petani Sulit Dapat Kecambah Kok Ekspor Benih?
Isu yang berkembang sejumlah produsen benih akan melakukan ekspor kecambah kelapa sawit ketika masih banyak petani kesulitan. Sehingga ada desakan untuk melarang ekspor kecambah sawit baik dari asosiasi petani sawit. Lalu seperti apa faktanya sesungguhnya dari tata niaga kelapa sawit Indonesia?
Pertama, Indonesia sesungguhnya tidak mengalami kelangkaan kecambah. Hanya saja pemesanan masyarakat menumpuk di beberapa sumber benih yang mengakibatkan panjangnya waktu tunggu. Padahal Indonesia memiliki 19 produsen benih dengan potensi produksi hingga 260 juta kecambah serta 62 varietas yang dapat dipilih. Sehingga tidak seharusnya mengalami kelangkaan.
Kedua, ternyata dari 19 produsen benih tidak seluruhnya bersedia melayani petani kelapa sawit. Salah satu alasannya adalah karena fokus pada kebutuhan sendiri sehingga tidak terdapat lini melayani kebutuhan masyarakat. Namun beberapa sumber benih seperti PPKS Medan, PT. Socfindo, waralaba PPKS Medan, PT. Sampoerna, PT. Dami Mas, PT. ASD Bakrie, PT. Tunggal Yunus, PT. Tania Selatan, PT. BTN, PT First Resources serta beberapa produsen lainnya bersedia melayani masyarakat.
Ketiga, sementara produsen benih yang telah melayani masyarakat, belum seluruhnya menyebarkan informasi terkait benihnya secara luas dan menyediakan layanan mempermudah masyarakat mengakses kecambah dengan partai kecil. Ada kesan sumber benih ekslusif dan enggan melayani kebutuhan masyarakat kecil, fokus pada swasta atau koperasi perkebunan. Tentu image ini harus segera diubah. Perlu dibangun kebun-kebun demplot di berbagai wilayah di Indonesia sebagai display promosi benih bagi masyarakat.
Tentu ekspor benih adalah momentum agar Indonesia bisa mendapatkan devisa dari penjualan kecambah, yang sekaligus dapat dijadikan senjata mendorong investasi Indonesia di luar negeri. Beli benih sekaligus mengembangkan industri di negara asing untuk menjadikan Indonesia pemain global. Hanya saja, tugas produsen benih memastikan hak masyarakat mengakses benih bermutu harus diwujudkan. Jangan sampai petani atau pekebun di Afrika lebih mudah mendapatkan kecambah daripada orang Indonesia sendiri.